Sabtu, 02 April 2016

PRINSIP DASAR MENGAJAR



I.              PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
          Belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran (Muhibbin Syah, 2010). Menurut (Oemar Hamalik, 1990) belajar adalah proses perubahan perilaku yang meliputi pengetahuan, kecakapan, pengertian, sikap, keterampilan, dan sebagainya. Selanjutnya, (Oemar Hamalik, 1990) mengemukakan bahwa mengajar adalah sesuatu proses berbuat, bereaksi, memahami berkat adanya individu dengan lingkungan. Dan menurut (Muhibbin Syah, 2010) mengajar adalah penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa tujuannya pun hanya berkisar sekitar  pencapaian penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. Jadi, proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan atau tindakan secara beraturan dengan cara atau metode dalam penyampaian informasi terhadap siswa, yang mana terjadinya proses perubahan perilaku siswa yang meliputi pengetahuan, kecakapan, pengertian, sikap, keterampilan dan sebagainya.
          Dalam proses belajar mengajar perlu menetapkan konsep dan prinsip dasar mengajar. Sehingga hasil yang dicapai dari pembelajaran itu adalah siswa dapat mengalami perubahan positif. Sehingga cita-cita bangsa untuk mencerdaskan kehidupan warga negaranya dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dapat terwujud.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mengajar?
2.      Apa saja prinsip dasar mengajar?
3.      Bagaimana trik dan tips mengajar dengan baik?




II.           PEMBAHASAN
1.      Pengertian Mengajar
Mengajar menurut Dr. H. Mahmud, M.Si. adalah memasuki dunia siswa untuk mengubah presepsi dan perilaku mereka.[1]
Menurut Dr. Harold Benyamin : ‘’Teaching is the process of arranging conditions under which the learning changes his ways consiously in the direction of his own goals” (mengajar adalah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajaran merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri).
Menurut Prof. Drs. S. Nasution, MA : Mengajar ada yang bersifat teacher  ada yang pupil centered, tipe pertama bisa diberi batasan sebagai berikut:
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak.
Secara global mengajar bisa dibedakan menjadi:
a.       Mengajar menurut paham dulu
Guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informasi/ fakta-fakta agar dikuasai siswa, siswa sendiri hanya menerima/ pasif.
b.      Mengajar menurut paham baru :
Guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode, dan alat dengan siswa, siswa harus aktif.[2]

Sedangkan Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masakini membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian :
1. Pengertian kuantitatif yaitu menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan
2. Pengertian institusional yaitu menyangkut kelembagaan atau sekolah
3. Pengertian kualitatif yaitu menyangkut mutuhasil yang ideal.[3]
Mengajar yang dalam bahasa inggrisnya disebut teaching, dapat diartikan sebagai upaya memberikan wawasan kognitif pada peserta didik sebagai bagian dari upaya membangun wawasan sesuatu dalam rangka menumbuhkan kemampuan afektif dan psikomotorik peserta didik.
Dengan demikian mengajar lebih merupakan alat dalam rangka memperkaya wawasan serta menumbuhkan penghayatan dan pengamalan yang benar, dan kokoh antara lain harus disertai dengan pemahaman dan wawasan yang benar yang dihasilkan melalui kegiatan pembelajaran.[4]


2.      Prinsip dasar mengajar
Ada 10 prinsip-prinsip mengajar yakni :
1.      Perhatian
Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan.
2.      Aktivitas
Dalam proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.[5]
3.      Apersepsi
Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan demikian siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan pelajaran yang akan diterimanya.
4.      Peragaan
Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau menggunakan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV dan lain sebagainya. Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan. Juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya.
5.      Repetisi
Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa semuanya dapat mengingat dengan sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan.
6.      Korelasi
Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu atau pengetahuan itu saling berkaitan. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus dipikirkan sebab-akibatnya. Diupayakan hubungan itu dapat diterima akal, dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri.
7.      Konsentrasi
Hubungan antar mata pelajaran bisa luas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas tetapi mendalam. Dengan demikian siswa dapat melihat hubungan pelajaran yang satu dengan lainnya saling berhubungan, menyebabkan siswa memperoleh kesatuan pelajaran yang bulat dan utuh.[6]

8.      Sosialisasi
Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa di samping sebagai individu juga mempunyai sisi sosial yang perlu dikembangkan. Waktu siswa berada di kelas ataupun di luar kelas dan menerima pelajaran bersama, alangkah baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama. Bekerja di dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir mereka dalam memecahkan masalah.
9.      Individualisasi
Siswa merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing-masing mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan inteligensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya. Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa (secara individu), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Untuk kepentingan perbedaan individual, guru perlu mengadakan perencanaan untuk siswa secara klasikal maupun perencanaan program individual. Dalam hal ini guru harus mencari teknik penyajian atau sistem pengajaran yang dapat melayani kelas, maupun siswa sebagai individual.[7]
10.  Evaluasi
Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-macam bentuk dan teknik evaluasi serta prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar. Dengan evaluasi guru juga dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar. Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa, dan prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik, guru dapat meneliti dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun teknik penyajiannya.


3.      Trik dan tips mengajar
Ada bebera trik dan tips mengajar dengan baik, diantaranya :
1.      Persiapkan mental
2.      Penuhi harapan siswa
3.      Bersikaplah secara baik
4.      Pelajari trik-trik sukses menjadi guru
5.      Konsistenlah dalam menjalankan aturan
6.      Perhatikan agar semua tugas dilaksanakan oleh siswa
7.      Lalui hari-hari mengajar dalam keadaan fresh
8.      Percayalah siswa dapat belajar dengan baik
9.      Jadilah orang tua bagi siswa
10.  Berani mengakui kesalahan
11.  Yakinlah anda bisa menjadi guru yang berhasil
12.  Buatlah peraturan
13.  Cobalah sedikit humor
14.  Siapkan peralatan yang anda butuhkan
15.  Libatkan orang tua dalam pendidikan siswa[8]

                                
III.        KESIMPULAN
Mengajar lebih merupakan alat dalam rangka memperkaya wawasan serta menumbuhkan penghayatan dan pengamalan yang benar, dan kokoh antara lain harus disertai dengan pemahaman dan wawasan yang benar yang dihasilkan melalui kegiatan pembelajaran. Menurut Slameto prinsip mengajar ada 10 yaitu Perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi, sosialisasi, individualisasi, evaluasi.


DAFTAR PUSTAKA
Mahmud. 2011. PSIKOLOGI PENDIDIKAN.  Bandung : Pustaka Setia.
Mustaqim. 2008. Psikologi Pendidikan. Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN WALISONGO.
Syah, Muhibbin.  2011. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.  Bandung:PT Remaja Rosda karya.
Nata, Abuddin. 2011. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:kencana.
Slameto. 2010.  Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:PT Rineka Cipta.





[1] Mahmud, PSIKOLOGI PENDIDIKAN, (Bandung:Pustaka Setia, 2011), hlm. 295.
[2] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN WALISONGO, 2008), hlm. 91-92.
[3]Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT Remaja Rosda karya, 2011),  hlm.180.

[4] Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:kencana, 2011), hlm. 175.
[5] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta , 2010), hlm.35.
[6] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta , 2010), hlm.36-37.
[7] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta , 2010), hlm.38-39.
[8] Mahmud, PSIKOLOGI PENDIDIKAN, (Bandung:Pustaka Setia, 2011), hlm. 307-322.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar