I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar
adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji
dalam bentuk informasi atau materi pelajaran (Muhibbin Syah, 2010). Menurut
(Oemar Hamalik, 1990) belajar adalah proses perubahan perilaku yang meliputi
pengetahuan, kecakapan, pengertian, sikap, keterampilan, dan sebagainya.
Selanjutnya, (Oemar Hamalik, 1990) mengemukakan bahwa mengajar adalah sesuatu
proses berbuat, bereaksi, memahami berkat adanya individu dengan lingkungan.
Dan menurut (Muhibbin Syah, 2010) mengajar adalah penyampaian pengetahuan dan
kebudayaan kepada siswa tujuannya pun hanya berkisar sekitar pencapaian penguasaan siswa atas sejumlah
pengetahuan dan kebudayaan. Jadi, proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan
atau tindakan secara beraturan dengan cara atau metode dalam penyampaian
informasi terhadap siswa, yang mana terjadinya proses perubahan perilaku siswa
yang meliputi pengetahuan, kecakapan, pengertian, sikap, keterampilan dan
sebagainya.
Dalam
proses belajar mengajar perlu menetapkan konsep dan prinsip dasar mengajar.
Sehingga hasil yang dicapai dari pembelajaran itu adalah siswa dapat mengalami
perubahan positif. Sehingga cita-cita bangsa untuk mencerdaskan kehidupan warga
negaranya dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dapat terwujud.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian mengajar?
2.
Apa
saja prinsip dasar mengajar?
3.
Bagaimana
trik dan tips mengajar dengan baik?
II.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Mengajar
Mengajar menurut Dr. H. Mahmud,
M.Si. adalah memasuki dunia siswa untuk mengubah presepsi dan perilaku mereka.[1]
Menurut Dr. Harold Benyamin : ‘’Teaching
is the process of arranging conditions under which the learning changes his
ways consiously in the direction of his own goals” (mengajar adalah suatu
proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajaran merubah tingkah lakunya
dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri).
Menurut Prof. Drs. S. Nasution, MA :
Mengajar ada yang bersifat teacher
ada yang pupil centered, tipe pertama bisa diberi batasan sebagai
berikut:
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak.
Secara global mengajar bisa
dibedakan menjadi:
a.
Mengajar
menurut paham dulu
Guru senantiasa aktif menyampaikan
dan memompakan informasi/ fakta-fakta agar dikuasai siswa, siswa sendiri hanya
menerima/ pasif.
b.
Mengajar
menurut paham baru :
Guru sebagai pengelola, pengatur,
peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode, dan alat dengan siswa, siswa
harus aktif.[2]
Sedangkan Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masakini
membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian :
1. Pengertian kuantitatif yaitu menyangkut jumlah pengetahuan yang
diajarkan
2. Pengertian institusional yaitu
menyangkut kelembagaan atau sekolah
3. Pengertian kualitatif yaitu menyangkut
mutuhasil yang ideal.[3]
Mengajar yang dalam bahasa
inggrisnya disebut teaching, dapat diartikan sebagai upaya memberikan wawasan
kognitif pada peserta didik sebagai bagian dari upaya membangun wawasan sesuatu
dalam rangka menumbuhkan kemampuan afektif dan psikomotorik peserta didik.
Dengan demikian
mengajar lebih merupakan alat dalam rangka memperkaya wawasan serta menumbuhkan
penghayatan dan pengamalan yang benar, dan kokoh antara lain harus disertai
dengan pemahaman dan wawasan yang benar yang dihasilkan melalui kegiatan
pembelajaran.[4]
2.
Prinsip dasar mengajar
Ada 10 prinsip-prinsip mengajar
yakni :
1.
Perhatian
Di dalam mengajar guru harus dapat
membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru.
Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah
dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan
lingkungan.
2.
Aktivitas
Dalam proses mengajar belajar, guru
perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan
pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu
begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk
yang berbeda, atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan
diskusi dengan guru.[5]
3.
Apersepsi
Setiap guru dalam mengajar perlu
menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan demikian siswa akan memperoleh
hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan pelajaran yang
akan diterimanya.
4.
Peragaan
Waktu guru mengajar di depan kelas,
harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesukaran
boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau menggunakan media lainnya
seperti radio, tape recorder, TV dan lain sebagainya. Dengan pemilihan media
yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan. Juga
membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya.
5.
Repetisi
Bila guru menjelaskan sesuatu unit
pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa semuanya dapat mengingat dengan
sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang
dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan
tidak mudah dilupakan.
6.
Korelasi
Guru dalam mengajar wajib memperhatikan
dan memikirkan hubungan antar setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam
kenyataan hidup semua ilmu atau pengetahuan itu saling berkaitan. Namun
hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus dipikirkan
sebab-akibatnya. Diupayakan hubungan itu dapat diterima akal, dapat dimengerti,
sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri.
7.
Konsentrasi
Hubungan antar mata pelajaran bisa
luas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa
memperoleh pengetahuan secara luas tetapi mendalam. Dengan demikian siswa dapat
melihat hubungan pelajaran yang satu dengan lainnya saling berhubungan,
menyebabkan siswa memperoleh kesatuan pelajaran yang bulat dan utuh.[6]
8.
Sosialisasi
Dalam perkembangannya siswa perlu
bergaul dengan teman lainnya. Siswa di samping sebagai individu juga mempunyai
sisi sosial yang perlu dikembangkan. Waktu siswa berada di kelas ataupun di
luar kelas dan menerima pelajaran bersama, alangkah baiknya bila diberikan
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama. Bekerja di dalam kelompok dapat
meningkatkan cara berpikir mereka dalam memecahkan masalah.
9.
Individualisasi
Siswa merupakan makhluk individu
yang unik, dimana masing-masing mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan
inteligensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya. Mereka
berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial ekonomi, dan keadaan
orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa (secara
individu), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu.
Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Untuk
kepentingan perbedaan individual, guru perlu mengadakan perencanaan untuk siswa
secara klasikal maupun perencanaan program individual. Dalam hal ini guru harus
mencari teknik penyajian atau sistem pengajaran yang dapat melayani kelas,
maupun siswa sebagai individual.[7]
10.
Evaluasi
Semua kegiatan mengajar belajar
perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa. Guru
harus mengenal fungsi evaluasi, macam-macam bentuk dan teknik evaluasi serta
prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang efektif, dan
menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar. Dengan evaluasi
guru juga dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat
bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar. Evaluasi dapat
menggambarkan kemajuan siswa, dan prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi juga
dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik, guru
dapat meneliti dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun
teknik penyajiannya.
3.
Trik dan tips mengajar
Ada bebera trik dan tips mengajar
dengan baik, diantaranya :
1.
Persiapkan
mental
2.
Penuhi
harapan siswa
3.
Bersikaplah
secara baik
4.
Pelajari
trik-trik sukses menjadi guru
5.
Konsistenlah
dalam menjalankan aturan
6.
Perhatikan
agar semua tugas dilaksanakan oleh siswa
7.
Lalui
hari-hari mengajar dalam keadaan fresh
8.
Percayalah
siswa dapat belajar dengan baik
9.
Jadilah
orang tua bagi siswa
10. Berani mengakui kesalahan
11. Yakinlah anda bisa menjadi guru yang berhasil
12. Buatlah peraturan
13. Cobalah sedikit humor
14. Siapkan peralatan yang anda butuhkan
15. Libatkan orang tua dalam pendidikan siswa[8]
III.
KESIMPULAN
Mengajar lebih merupakan alat dalam
rangka memperkaya wawasan serta menumbuhkan penghayatan dan pengamalan yang
benar, dan kokoh antara lain harus disertai dengan pemahaman dan wawasan yang
benar yang dihasilkan melalui kegiatan pembelajaran. Menurut Slameto prinsip
mengajar ada 10 yaitu Perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi,
korelasi, konsentrasi, sosialisasi, individualisasi, evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud. 2011. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Bandung : Pustaka Setia.
Mustaqim. 2008.
Psikologi Pendidikan. Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN WALISONGO.
Syah,
Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT Remaja
Rosda karya.
Nata, Abuddin. 2011. Perspektif Islam Tentang Strategi
Pembelajaran. Jakarta:kencana.
Slameto.
2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta:PT Rineka Cipta.
[1] Mahmud, PSIKOLOGI
PENDIDIKAN, (Bandung:Pustaka Setia, 2011), hlm. 295.
[2] Mustaqim, Psikologi Pendidikan,
(Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN WALISONGO, 2008), hlm. 91-92.
[3]Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT Remaja Rosda karya, 2011), hlm.180.
[4] Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran,
(Jakarta:kencana, 2011), hlm. 175.
[5] Slameto,
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta
, 2010), hlm.35.
[6] Slameto,
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta ,
2010), hlm.36-37.
[7] Slameto,
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta
, 2010), hlm.38-39.
[8] Mahmud, PSIKOLOGI
PENDIDIKAN, (Bandung:Pustaka Setia, 2011), hlm. 307-322.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar